top of page
Image by SHTTEFAN
  • Writer's picturethecuriousmind

POP (Program Organisasi Penggerak) Kemendikbud Jadi Kontroversi?


Program Organisasi Penggerak merupakan terobosan keempat yang telah dilakukan Mendikbud Nadiem Makarim. Merujuk hasil survei global yang menyebut skor pelajar Indonesia di bidang literasi dan sains di bawah rata-rata negara anggota Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi. Hal tersebut membuat Mendikbud Nadiem Makarim membuat Program Organisasi Penggerak agar pendidikan di Indonesia dapat menjadi lebih baik. Dikarenakan ketimpangan daerah maju dan terpencil sangatlah jauh, maka dari itu tenaga pemerintah saja tidaklah cukup. Dalam wacana POP dilakukan kualifikasi untuk institusi-institusi yang mendaftar. Kemendikbud RI mengklaim bahwa seleksi penerima dana hibah POP dijalankan secara objektif. Namun pengamat-pengamat pendidikan menilai adanya kejanggalan nilai kepatutan yang pantas dipertanyakan dalam proyek POP tersebut.

Muhammadiyah adalah salah satu ormas dengan jejaring lembaga pendidikan berbasis agama islam. Kasiyarno (Perwakilan Ormas Muhammadiyah), Ketua Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah PP Muhammadiyah menganggap bahwa sejumlah organisasi dana hibah POP ini tidak pantas lolos seleksi. Kasiyarno menuding sebagian penerima dana program tersebut adalah organisasi-organisasi kecil tanpa rekam jejak ‘jelas’ di bidang pendidikan. Kasiyarno turut menjelaskan, jika Muhammadiyah ikut berpartisipasi dalam POP, Muhammadiyah berpotensi mendapat citra negatif dari masyarakat. Keraguan Kasiyarno terhadap organisasi-organisasi kecil yang lolos seleksi akan ketidakmampuan mereka untuk menjalankan program POP sebagai program tingkat nasional. Keraguan Kasiyarno tidak sampai disitu saja, ia juga meragukan proposal-proposal yang diajukan oleh ormas-ormas kecil tersebut “Ada yang berjudul ‘Peran Organisasi Penggerak Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan’ Masa karangan ilmiah seperti itu didanai miliaran,” tegas Kasiyarno. Kasiyarno memiliki ketakutan akan perspektif masyarakat yang buruk terhadap program POP akan berdampak pada image (nama baik) Muhammadiyah.

Menurut saya, sudah selayaknya ormas-ormas kecil diberikan kesempatan untuk membantu program POP ini. Namun, Kasiyarno juga ada benarnya. Memang ada kejanggalan-kejanggalan dalam kepatutan penerimaan dana hibah program POP, tentu rekam jejak yang jelas sudah seharusnya dijadikan nilai plus kepada institut-institut yang dipertimbangkan untuk membantu program POP. Tetapi alangkah baiknya apabila Muhammadiyah dan NU ikut serta dalam membantu program POP ini dan memajukan pendidikan di Indonesia. Bukankah sudah selayaknya masyarakat Indonesia mencintai negara? Bukankah sudah kewajiban kita, sebagai masyarakat Indonesia untuk membantu membangun negara ini?


Gerald Jose Hendryanto

(Senin, 10 Agustus 2020)


bottom of page