English Version:
Tuesday (4/08/2020) evening at around 6 pm (Lebanon time), people in Beirut were just enjoying themselves when suddenly they saw a huge, orange-ish smoke onto the sky with two loud blasts. In a matter of seconds, suddenly the blast wrecks the area, leaving people to run and saving themselves. The blast kills at least 137 people, injured over 5,000, hundreds reported missing, and ruins over half of the city. The explosion itself released a poisonous gas (nitrous oxide) which makes everyone must use masks.
As of now, the cause remains unclear. But, Lebanese Prime minister, Hassan Diab will focus the investigation on an estimated 2,750 metric tons of explosive ammonium nitrate, stored at the warehouse in the port. Ammonium nitrate itself which is produced as small porous pellets or “prills” is one of the world’s most used fertilizers. It’s also the main component in many types of mining explosives.
Ammonium nitrate can’t burn on its own. Instead, it acts as a source of oxygen that can accelerate the combustion (burning) of other materials. However, at a really high temperature, it can decompose on its own and create an explosion with fire near to it (just like the Tianjin explosion in 2015). This also might be the reason for Beirut’s explosion (although it’s relatively difficult - the fire must be sustained, confined to the area & the pills must be contaminated/packaged with flammable materials)
Up until now, the rescuers are still finding the rest of the missing residents. Hospitals, which most are damaged, have been infatuated with patients. In the Gemmayze district, medical teams were forced to take action in a car park. Luckily, the Lebanese Red Cross is helping with setting emergency morgues and temporary shelters for 1,000 families while a ride-sharing app is offering free rides for anyone who is willing to donate their blood.
Governments from all around the world are also offering help. France is sending 2 planes with dozens of emergency workers, a mobile medical unit, and 15 tonnes of aid. Egypt has opened a field hospital in Beirut to receive the wounded. Czech has accepted an offer to send a team of 37 rescuers with sniffer dogs. Denmark and Greece offer humanitarian services & authorities. Qatar, Iraq, Kuwait, WHO, EU are sending aid.
There are also some Instagram accounts that are helping people in Beirut. @locatevictimlebanom - to locate people who went missing in Beirut & posts list of people who got admitted to various hospitals in the city
@open_houses_lebanon - posts of people who offer homes & businesses for people to stay
We can also help by donating to Lebanese, British, and Canadian Red Cross and also to many various charities around the world: Doctors Without Borders (MSF), Impact Lebanon, Donner Sang Compter (DSC), Lebanon Children’s Relief Fund, and many more.
This catastrophe adds up to the long list of the various things that have happened in 2020. Only by walking hand-in-hand will we be able to overcome everything that has happened and will happen (hopefully not) in the future.
Indonesia Version:
Selasa (4/08/2020) sore sekitar pukul 6 (waktu setempat), masyarakat sedang menikmati sore hari mereka, tiba-tiba mereka melihat kepulan asap berwarna oranye membumbung ke langit dengan 2 ledakan keras. Dalam sepersekian detik, ledakan tersebut menghancurkan kota, membuat masyarakat berlari, menyelamatkan diri mereka. Ledakan ini menyebabkan sejauh ini hilangnya 100 nyawa, 4,000 orang terluka, ratusan hilang, dan hancurnya setengah kota Beirut. Ledakan ini mengeluarkan gas beracun (nitrogen oksida) yang mengharuskan masyarakat menggunakan masker.
Hingga saat ini, penyebab ledakan ini masih menjadi misteri. Tapi, perdana menteri Lebanon, Hassan Diab akan memfokuskan investigasi pada 2,750 ton amonium nitrat, yang disimpan di gudang di pelabuhan. Amonium nitrat sendiri diproduksi dalam bentuk pelet atau pil dan merupakan salah satu jenis pupuk yang paling sering digunakan di dunia. Materi ini juga adalah komponen utama dalam berbagai jenis peledak tambang.
Amonium nitrat tidak bisa terbakar secara sendirinya. Biasanya, materi ini digunakan sebagai sumber oksigen yang mampu mempercepat proses pembakaran material lain. Tetapi, pada suhu yang tinggi, materi ini mampu membusuk sendirinya dan menciptakan ledakan dengan api di dekatnya (Seperti ledakan Tianjin di tahun 2015). Inilah mungkin penyebab ledakan Beirut (walau cukup sulit - api harus dikontrol dekat dengan area dan pill harus diisi atau terkena bahan mudah terbakar)
Hingga saat ini, tim penyelamat masih mencari masyarakat yang hilang. Kebanyakan rumah sakit hancur dan yang tersisa telah penuh dengan pasien. Untungnya, organisasi Palang Merah Lebanon bersedia membangun kamar mayat darurat dan tempat tinggal sementara bagi 1,000 keluarga, sementara sebuah aplikasi transportasi menyediakan tumpangan gratis bagi yang bersedia mendonorkan darah mereka.
Pemerintah dari berbagai negara juga menawarkan bantuan. Perancis mengirimkan 2 pesawat dengan beberapa tim darurat, sebuah unit medis mobile, dan 15 ton bantuan. Mesir telah membuka rumah sakit darurat di Beirut. Ceko Slovakia telah menerima tawaran untuk mengirimkan tim dengan 37 penyelamat beserta anjing pelacak. Denmark & Yunani menawarkan bantuan jasa. Qatar, Iraq, Kuwait, WHO, dan EU telah mengirimkan bantuan juga.
Ada juga beberapa akun Instagram yang menawarkan bantuan, seperti:
@locatevictimlebanon - untuk mencari masyarakat yang hilang dan memposting daftar nama orang yang masuk rumah sakit di berbagai daerah Beirut
@open_houses_lebanon - memposting orang-orang yang bersedia memberikan tumpangan tempat tinggal bagi masyarakat yang membutuhkan
Kita juga bisa membantu dengan cara berdonasi ke organisasi Palang Merah Lebanon, Inggris, dan Kanada, juga ke beberapa badan amal lainnya seperti: Doctors Without Borders (MSF), Impact Lebanon, Donner Sang Compter (DSC), Lebanon Children’s Relief Fund dan masih banyak lagi.
Malapetaka ini menambah panjang daftar hal yang terjadi di 2020. Hanya dengan bergandengan tangan bersama-sama lah kita dapat melewati hal yang telah terjadi maupun akan terjadi (semoga tidak).
Source: